MENGINTIP SEKOLAH INKLUSIF di JEPANG
Tepatnya di kota Tokyo berada di komplek perumahan ada satu
sekolah yang bernama Mushashino Higashi School (MHS),sekolah ini tidak
jauh berbeda dengan sekolah-sekolah yang ada di Jepang baik itu dari
segi bangunannya.Sekolah ini mengadakan pendidikan mulai dari TK sampai
sekolah khusus seperti SMK di Negara Indonesia.Sekolah ini didirikan
sekitar tahun 1964 oleh Dr.Kiyo kitahara dan suaminya Katsuhei Kitahara
ini,menyatukan siswa penyandang autis dan siswa regular dalam satu
kelas.Memang sejak dahulu sekolah ini mendesain sekolahnya menyatukan
siswanya dari anak autis dan anak-anak biasa ( regular).Banyak pelajaran
yang dapat kita ambil dari system pendidikan sekolah ini sebelum kita
mengembangkannya di Negara Indonesia.
Kalau kita cermati proses belajar mengajarnya sepintas siswa reguler dan siswa autis tidak ada bedanya.Hubungan diantara siswa terjalin dengan baik,beberapa saat kemudian baru kita menyadari bahwa ada beberapa anak di dalam kelas yang merupakan penyandang autis.Biasanya kita akan mengetahui karakteristik yang khas dari anak autis antara lain terpaku pada suatu objek secara serius,kontak mata yang tidak mau menatap lawan bicaranya,berbicara sering di ulang itu-itu saja,mengerak-gerakkan tangan atau bagian tubuh lain secara berlebih-lebihan seperti melompat-lompat di tempat atau senyum sendiri.Bayangkan pada tahun 2010 saja dari seluruh jumlah siswa sebanyak 2.144 siswa sekitar 22 % nya penyandang autis atau dapat kita hitung jumlah penyandang autis yang ada sekitar 476 siswa,terdiri dari 412 siswa laki-laki dan 64 siswa perempuan.
Kalau kita cermati proses belajar mengajarnya sepintas siswa reguler dan siswa autis tidak ada bedanya.Hubungan diantara siswa terjalin dengan baik,beberapa saat kemudian baru kita menyadari bahwa ada beberapa anak di dalam kelas yang merupakan penyandang autis.Biasanya kita akan mengetahui karakteristik yang khas dari anak autis antara lain terpaku pada suatu objek secara serius,kontak mata yang tidak mau menatap lawan bicaranya,berbicara sering di ulang itu-itu saja,mengerak-gerakkan tangan atau bagian tubuh lain secara berlebih-lebihan seperti melompat-lompat di tempat atau senyum sendiri.Bayangkan pada tahun 2010 saja dari seluruh jumlah siswa sebanyak 2.144 siswa sekitar 22 % nya penyandang autis atau dapat kita hitung jumlah penyandang autis yang ada sekitar 476 siswa,terdiri dari 412 siswa laki-laki dan 64 siswa perempuan.
Tak heran sekolah ini di jadikan sekolah studi banding dari sekolah
negara lain,banyak para pendidik khususnya yang berkecimpung pada dunia
anak berkebutuhan khusus mendatangi sekolah ini.Satu-satunya cabang dari
sekolah MHS ini ada di Boston,USA,yaitu Boston Higashi School.
Semuanya guru.
Memang pada awal penerimaannya anak penyandang autis ini tidak
langsung di gabungkan dengan anak regular lainnya.Mereka di tampung di
kelas khusus sampai dia anggap mampu menerima pelajaran seperti anak
regular lainnya.Penilaiannya berdasarkan pada kemampuan anak dalam
memegang alat tulis dengan baik dan benar,dapat berkonsentrasi dengan
baik dan bisa ke kamar kecil secara mandiri,tidak destruktif,jarang
tantrum dan lain sebagainya.
Begitupun untuk penbagian kelas di dasarkan atas pencapaian kemampuan
akademik,di mana guru mengajar dalam satu kelas berjumlah 30 orang
siswa,empat diantaranya adalah penyandang autis.Di kelas regular anak
autis yang mengalami prilaku seperti dreaming,tantrum di berikan tempat
duduk paling depan agar guru kelas tersebut mudah untuk
menanganinya.Guru-guru yang di anggap mumpuni dari segi keterampilan
mengajarnya baik, serta penguasaan materinya baik,biasanya di tempatkan
di kelas yang ada siswa penyandang autisnya.Seorang guru juga sangat di
harapkan mampu berkomunikasi dengan baik terhadap orang tua murid
sebagai mitra kerjanya.
Uniknya semua orang yang berperan sebagai guru di sebut guru (sensei)
sebutannya.Seorang sopir antar jemput misalnya bias di sebut sensei
(guru)karena selain pekerjaannya mengantar dan menjemput siswa sopir ini
juga banyak memebantu pihak sekolah seperti membersihkan
lapangan,mencabut rumput liar,menjaga anak-anak ketika berolahraga dan
lain sebagainya.Begitu pula pelayan kantin,tugas mereka bukan hanya
menyediakan makanan,tapi juga mengajarkan bagaimana cara menghargai
makanan dan cara makan yang baik dan sopan.Selian itu juga sopir di beri
bekal pelatihan mesin dan listrik sehingga jika mobil yang bersangkutan
mengalami masalah,sopir tersebut bisa mengatasinya dengan
baik.Sebaliknya jika sopir tersebut berhalangan hadir,tidak segan-segan
kepala sekolah turun tangan untuk mengantar jemput siswa-siswanya dengan
kendaraan sekolah. sumber : http://pokja-inklusifkalsel.org/berita/detail/60
Tidak ada komentar:
Posting Komentar