SEKOLAH INKLUSIF YANG UNIK YANG MENYENANGKAN
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (QS at-Tiin 95 : 4)
Oleh Dr H Amka, MSi, Redaktur Ahli Majalah OASE-SAHIRAPemerintah,
dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang
mensosialisasikan sekolah inklusif kepada masyarakat luas. Sekolah
inklusif adalah sekolah reguler (umum) yang menerima siswa dari
anak-anak yang dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK).
Sekolah inklusif tentu saja harus beradaptasi dengan dua model kurikulum
pembelajaran yang dianggap saling bertolak belakang. Satu untuk ABK,
satu lagi untuk anak tanpa kebutuhan khusus (ATBK). Bukan hanya itu,
sistem penilaian, guru dan saranapendidikannya juga ikut disesuaikan. Sejatinya semua sekolah harusnya menjadi
sekolah inklusif, karena setiap anak (manusia) berhak mendapatkan
pendidikan dan pembelajaran. Negara dan undang-undang menjamin hal itu.
Bahkan UUD 1945 pasal 31 ayat (1) dan (2) mengamanatkan bahwa setiap
warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan.
Hanya saja, di Indonesia masih memerlukan “label” bagi sekolah- sekolah
reguler yang menerima ABK, yaitu sekolah inklusif. Adanya sekolah
inklusif memungkinkan ABK menerima pendidikan secara wajar. Ke depan, seyogianya
istilah “anak berkebutuhan khusus” tidak lagi digunakan, karena pada
dasarnya setiap anak (siswa) adalah anak-anak istimewa yang mempunyai
kebutuhan khusus, yang setiap anak kebutuhan khususnya saling berbeda.
Baik mereka yang termasuk ATBK (nonabilitas), maupun mereka yang
termasuk ABK (disabilitas). Ini sesuai benar dengan firman Allah di
dalam al-Qur’an, Surat at-Tiin (95) ayat 4, “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya”. (QS at-Tiin 95 :
4)
Allah telah menciptakan manusia dalam “bentuk” yang sebaik-baiknya.
Artinya setiap manusia pada dasarnya diciptakan Allah dalam keadaan sempurna. Ini artinya, Allah ingin manusia “menilai” hasil ciptaan-Nya dengan pandangan yang jernih. Bukan sekadar melihat tampilan fisik saja. Karena manusia bukanlah terbuat dari daging yang tanpa jiwa dan ruh. Oleh karena itu, manusia harus dipandang secara utuh. Demikian juga anak-anak yang selama ini terlanjur disebut sebagai ABK.
Artinya setiap manusia pada dasarnya diciptakan Allah dalam keadaan sempurna. Ini artinya, Allah ingin manusia “menilai” hasil ciptaan-Nya dengan pandangan yang jernih. Bukan sekadar melihat tampilan fisik saja. Karena manusia bukanlah terbuat dari daging yang tanpa jiwa dan ruh. Oleh karena itu, manusia harus dipandang secara utuh. Demikian juga anak-anak yang selama ini terlanjur disebut sebagai ABK.
Di dalam sekolah inklusif, semua siswa berinteraksi dengan
wajar dan alamiah. Guru berperan sangat penting dalam proses interaksi
ini. Sehingga siswa saling memahami kelebihan sesamanya (kita
menghindari penggunaan kata “kekurangan”), dan bahwa dalam interaksi
sosial yang sebenarnya di dalam masyarakat, adanya perbedaan adalah hal
yang pasti, sehingga siswa terbiasa menerima perbedaan itu dengan lapang
hati.
Pada 21-28 Agustus 2013 lalu, Direktorat Pendidikan Khusus
dan Layanan Khusus (PKLK) Direkorat Jenderal Pendidikan Dasar (Ditjen
Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memberangkatkan 20 orang
Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Inklusif dari berbagai daerah di Indonesia,
termasuk Sekretaris Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan selaku Ketua
Pokja Pendidikan Inklusif Kalsel, Dr H Amka, MSi, yang juga
merupakan Redaktur Ahli Majalah OASE-SAHIRA ke Australia.
Rombongan berangkat dari Jakarta menuju Sydney, bersama Direktur
Pembinaan PKLK Dikdas beserta pengelola program pendidikan inklusif
pusat dan konsultan pendidikan inklusif dari Universitas Negeri
Surabaya, untuk mengikuti short course program pendidikan inklusif di
Flinders University, Adelaide, dan pendidikan untuk siswa autis di
Autism Spectrum (Aspect), Sydney. Kegiatan ini merupakan kerjasama
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Australia dalam bidang
pendidikan.
Di dua tempat itu, rombongan Pokja Inklusif selain
mendapatkan pembelajaran classroom juga diberi kesempatan mengunjungi
sekolah- sekolah autis dan inklusif, mulai sekolah dasar (SD) sampai
sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Di Sydney, rombongan mengunjungi
Aspect Vern Barnett School. Sekolah ini berfungsi sebagai “sekolah
transisi”, yang melayani pendidikan anak-anak autis dan mempersiapkan
mereka sebelum masuk ke sekolah reguler (sekolah umum). Uniknya, di
sekolah ini setiap anak (siswa) mempunyai rencana pendidikan
sendiri-sendiri (individual education plan), yang menjadi bahan evaluasi
siswa, guru dan orangtua. Di sini nilai-nilai edukasi dikuatkan dan
dikembangkan, sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai lembaga
pendidikan,
bukan lembaga terapi. Dan orangtua diyakinkan bahwa anak
autis bukanlah anak penderita/penyandang penyakit yang harus diobati,
tapi diarahkan kepada perilaku pendidikan. Itulah sebabnya, di sekolah
ini tidak ada hukuman bagi siswa yang salah dalam berperilaku, karena
mereka semua sedang belajar. Kebutuhan belajar individual anak dilayani
oleh para guru dengan sangat ramah dan
manusiawi. Hal yang juga menarik, di sekolah ini semua
keunikan siswa distimulasi dan dimunculkan, utamanya melalui seni rupa
kreatif dan seni visual. Sarana pendidikan sangat lengkap,
mulai dari laboratorium komputer, kolam renang, alat-alat kesenian, dapur dan sebagainya.
Di Adelaide, rombongan berkesempatan mengunjungi sekolah
inklusif Bridgewater Primary School yang terletak di Desa Stirling di
kaki gunung Mount Lofty Summit Cleland Conservation Park. Ini adalah
sekolah di pedesaan yang terpencil, jauh dari keramain dan bising kota,
sangat asri karena memang berada di “hutan”. Tapi fasilitas di sekolah
ini sangat mengagumkan. Sekolah “kecil” dan unik, dengan jumlah siswa
170 anak ini, adalah tempat belajar yang nyaman bagi siswa. Interaksi
antarsiswa, siswa dengan lingkungannya dan siswa dengan guru, begitu
hangat dan akrab. Guru juga terlihat sangat menghargai siswa, sehingga
berperan seperti teman belajar bagi siswa ketimbang sebagai pengajar
atau pembimbing. Tidak heran kalau Bridgewater Primary School ini sering
menjadi rujukan bagi sekolah
Sumber : http://pokja-inklusifkalsel.org/berita/detail/118
Tidak ada komentar:
Posting Komentar