Sambut Pendidikan Inklusif, Kalsel siapkan 1.000 Guru
Banjarmasin – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
pada 2012 lalu telah menetapkan Provinsi Kalimantan selatan (Kalsel)
sebagai provinsi yang memelopori pendidkan inklusif. Sejak saat itulah,
jajaran dinas Pendidikan Provinsi Kalsel di bawah arahan Gubernur Kalsel
Rudy Ariffin dan dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan
Provinsi kalsel Dr Ngadimun MM melakukan berbagai persiapan.
Kalsel kini sudah punya Kelompok Kerja (Pokja) Inklusif. Selain itu,
sekolah piloting penyelenggara pendidikan inklusif juga sudah
ditentukan, termasuk mempersiapkan seribu guru untuk mendukung program
tersebut. Dengan menjalankan pendidikan inklusif, ABK atau penyandang
cacat di Kalsel tidak mesti masuki kesekolah khusus. Atas jasanya ini,
Gubernur Kalsel Rudy Ariffin mendapat Inclusive Award dari mendikbud
yang diserahkan Direktur Jendral Pendidikan Dasar, Prof Suyanto Ph.D.
Rudy mengatakan perhatian serius yang diberikan Pemprop Kalsel terhadap
anak berkebutuhan khusus diberikan karena mereka memang membutuhkan
perhatrian khusus. Dengan pendidikan inklusif di Kalsel, diharapkandapat
membuat anak penyandang disabilitasberbaur dengan anak lainnya.
“Itulah tugas kami, bagaimana membuat suasana yang bersahabat antara
anak berkebutuhan khusus dengan anak yang lainnya. Kalau anak
berkebutuhan khusus masih mampu belajar di sekolah umum, dia tidak perlu
belajar di Sekolah Luar Biasa,” kata Rudy.
Sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, Dr H Amka, menambahkan
ada 52 sekolah mulai dari jenjang TK sampai SMA di tiap kabupaten dan
kota yang ditetapkan sebagai sekolah piloting. Sekolah – sekolah
tersebut wajib menyelenggarakan pendidikan yang tidak membedakan siswa
berkebutuhan khusus dengan siswa normal. “Ini menjadi awal pendidikan
inklusif di Kalsel. Harapannya nanti semua sekolah bias menerapkan
pendidikan inklusif,” ucap Amka.
Menurut Amka, idealnya memang setiap sekolah mulai jenjang paling
bawah tidak membeda – bedakan hak siswa normal dengan siswa berkebutuhan
khusus tetap bias belajar di sekolah umum sama seperti siswa normal
pada umumnya. “ Tentu untuk mewujudkan itu perlu persiapan terutama
guru. Oleh karena itu, kita kerja sama dengan Unlam menyekolahkan guru
di Pendidkan Luar Biasa (PLB) hamper 1.00 orang”, terangnya.
Sumber : http://pokja-inklusifkalsel.org/berita/detail/119
Tidak ada komentar:
Posting Komentar