Pendidikan Anak Usia Dini

Jumat, 3 Mei 2013

PAUD Bukan Sekedar Persiapan SD

 
PAUD Bukan Sekedar Persiapan SD
JAKARTA. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukan lagi sekedar sebagai pendidikan persiapan sebelum masuk sekolah (SD).
Hal ini ditegaskan Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, pada saat menjadi pembicara tunggal dalam seminar Peran Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Terhadap Pengembangan Generasi Emas Indonesia di Ukrida, Jakarta, Jumat (19/4).
PAUD, katanya, merupakan pendidikan yang sangat mendasar karena berperan ‘melejitkan’ semua potensi anak yang dibawa sejak lahir. Tahun pertama kehadiran anak di dunia merupakan priode kritis tetapi sekaligus menentukan bagi perkembangannya setelah dewasa.
Oleh karena itu, tambah Guru Besar Universitas Indonesia ini, dalam standar PAUD telah diberikan rambu-rambu bagaimana stimulasi pendidikan harus diberikan pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia 0-6 tahun, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai agama dan moral, motorik kasar dan halus, kognitif, bahasa, maupun sosial-emosional.
“PAUD bukan hanya ada di satuan pendidikan TK ataupun lainnya. Sesungguhnya PAUD sudah dimulai sejak anak dilahirkan di dunia,” tambah psikolog keberbakatan ini.
Esensi PAUD, tambah Dirjen lagi, adalah pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai dengan tahap tumbuh-kembang anak dan dilaksanakan melalui pendekatan bermain sambil belajar.
“Cara pendekatan PAUD seperti ini diyakini mampu merangsang seluruh potensi kecerdasan anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal,  karena anak tidak dihantui oleh rasa takut dan cemas,” tambah Dirjen.
Selain itu, Reni Akbar-Hawadi–sapaan akrab Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog— juga mengatakan anak akan belajar dan berlatih dalam suasana yang menyenangkan sesuai dengan dunianya, seperti dunia bermain.
“Anak yang belajar dan berlatih dalam suasana menyenangkan diyakini akan mampu menumbuh-kembangkan imajinasi, kreativitas, keberanian, dan kemandiriannya. Esensi PAUD yang seperti ini akan melahirkan generasi cerdas, tangguh, ulet, dan kreatif,”paparnya.
Semua Pihak
Saat menjawab pertanyaan peserta seminar yang yang sebagian besar para mahasiswa ini, Dirjen mengatakan mencetak generasi emas tidak bisa secara tiba-tiba. PAUD pada khususnya, dan pendidikan pada umumnya, merupakan investasi jangan panjang.
Menanamkan kejujuran, disiplin, cinta sesama, cinta tanah air, dan semua nilai yang positif pada anak perlu pembiasaan dan harus dilakukan secara terus menerus. Ini semua memerlukan keteladanan yang baik dan konsisten disamping penguasaan yang baik pula tentang prinsip-prinsip PAUD yang benar.
Untuk itu, kata Dirjen PAUDNI, persiapan dan pengembangan generasi emas ke depan perlu keterlibatan dan dukungan semua pihak, mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, perguruan tinggi, dan pemerintah.
“Peran orang tua sangat penting dalam posisinya sebagai pendidikan pertama dan utama. Keberhasilan PAUD dalam menyiapkan generasi emas ke depan akan terganggu tanpa adanya dukungan dari mereka semua,” paparnya.
Peran guru PAUD, katanya, juga sangat menentukan. Keterbatasan fasilitas lembaga PAUD sesungguhnya masih bisa diatasi jika guru atau pendidik piawai dapat memberdayakan semua yang ada di sekitar anak sebagai media atau sarana bantu pembelajaran.
“Mereka bisa memanfaatkannya menjadi alat permainan edukatif yang menyenangkan dan mencerdaskan bagi anak,” tambah Dirjen lagi.
Selain itu, Dirjen berharap semakin banyaknya perguruan tinggi yang memiliki jurusan PAUD atau konsentrasi PAUD akan sangat membantu peningkatkan kualitas ke depan, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan kualitas bangsa Indonesia. “Dengan banyak mahasiswa yang memahami PAUD berarti juga akan mempersiapkan mereka sebagai pendidik. Paling tidak untuk anak mereka kelak,” tukas Dirjen. (Sugito/HK)
sumber :  http://www.paudni.kemdikbud.go.id/paud-bukan-sekedar-persiapan-sd/



Kesejahteraan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menjadi Prioritas

warta May 2, 2013 
JAKARTA. Alokasi anggaran satuan kerja Direktorat P2TK PAUDNI tahun 2013 sebesar Rp.844.678.792 miliar, dan 93,22 persennya untuk peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan. Tahun ini, penyalurannya langsung dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (Ditjen PAUDNI).

Hal itu dikatakan Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, ketika membuka acara Sosialisasi dan Koordinasi Program Pembinaan PTK PAUDNI Tingkat Nasional di Bandung, Senin (29/4).
Menurut Dirjen, jika pada tahun 2012 lalu tunjangan guru TK bukan PNS, penilik, Tenaga Lapangan Dikmas (TLD), dan Fasilitator Desa Intensif (FDI) dibayarkan Dinas Pendidikan Provinsi melalui dana dekonsentrasi, maka tahun ini seauai Keputusan Raker Komisi X DPR RI 14 Desember 2012, tunjangan ini langsung diberikan Ditjen PAUDNI.
Dengan anggaran sebesar itu dan dipusatkannya dana dekon, maka kata kuncinya adalah Koordinasi dan sinergi. “Sinergi mempunyai makna terhimpunnya energi menjadi satu. Energi teman-teman di Direktorat P2TK PAUDNI dengan energy teman-teman di kabupaten kota serta provinsi terhimpun menjadi satu kesatuan, dan harus diingat, kita punya waktu hanya tujuh bulan efektif untuk menyelesaikan semua kegiatan,” tambahnya.
Untuk itu, Dirjen PAUDNI berharap semua kepala bidang agar bisa membaca, memahami betul semua petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang diperlukan untuk pembayaran tunjangan insentif tersebut. “Pastikan saudara telah memiliki semua data yang akurat sehingga tidak akan ada kekeliruan dalam pencairan karena akan bisa merepotkan kita semua di kemudian hari,” paparnya.
Keberhasilan kerja di daerah masing-masing, tambah Reni Akbar-Hawadi—sapaan akrab Dirjen PAUDNI—mencerminkan kerja baik sebagai satu tim. Dengan data yang tersedia dan sahih, maka uruan penyaluran tunjangan yang dilakukan pusat menjadi lancar.
“Saya mengharapkan kelancaran penyaluran tunjangan ini berlangsung terus ke depan dan saya yakin kita bisa, asal kita mau move on ke arah yang baik. Niatkan setiap kali kita bekerja untuk bekerja sebaik mungkin dan tuntas sesuai kewajiban yang diberikan atasan,” jelasnya.
Layanan prima
Sebagai abdi negara, kata Dirjen PAUDNI, sepatutnya pegawai negara memiliki komitmen untuk memberikan layanan prima pada masyarakat semua. Sesungguhnya kita bekerja tidak perlu diawasi. Yang perlu mengawasi cukup dari diri sendiri berdasarkan standar terbaik sesuai dengan hati nurani.
“Apakah kita sudah bekerja dengan sungguh-sungguh? Jawabannya bisa dilihat dari tercapai tidaknya target awal yang kita susun dan juga tingkat kepuasan pelanggan. Dalam hal ini kalau semua guru yang kita targetkan terbayar dan diberikan tepat pada waktu yang dijanjikan, maka sudah dipastikan kita dan guru akan sama-sama puas,” kata Dirjen PAUDNI peserta.
Sebaliknya, tambah Dirjen PAUDNI lagi, walaupun pada akhirnya tunjangan guru tersalurkan namun pada waktunya, maka yang muncul ketidakpuasan baik dari orang lain maupun dari diri sendiri. (Sugito/HK)
sumber : http://www.paudni.kemdikbud.go.id/dirjen-paudni-anggarannya-untuk-kesejahteraan-guru/

Tidak ada komentar: